Senin, 10 November 2008

Nenek Bapak

Hari ini saya dibangunkan dengan deringan handphoneku. Kulihat nama ibuku tertulis di sana. Seperti biasa dia menyapa dengan suaranya yang begitu akrab di telingaku. Dia bertanya kenapa saat waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi saya masih menikmati ranjang di kos2anku. Setelah menjelaskan kalau saya berangkat kantor jam 8.30 baru dia mengerti.

Satu hal yang kutunggu saat keluargaku menelepon adalah kabar mengenai keadaan Nenek Bapak (Nenek Bapak adalah panggilan di keluargaku yang ditujukan untuk Kakek). Sudah beberapa hari ini memang beliau terbaring di rumah sakit karena penyakit asma yang dideritanya semakin parah.

Seketika rasa ngantuk saat kuangkat telepon dari ibuku sirna saat ibuku berkata, " Ry, bicara sama Nek Bapak yah, tapi Nek Bapak sudah tidak bisa keluarkan suara lagi, tegur2 saja dia...."

Jantungku serasa berhenti saat ibuku berkata seperti itu, Nenek Bapak sudah tidak bisa bicara?, sudah separah itukah keadaannya?

Saat ibuku mendekatkan handphone nya ke telinga Nenek Bapak, saya mulai menegur beliau. Kesedihan begitu besar menghinggapiku saat pertama kudengar suaranya. Air mataku hampir saja mengalir di pagi itu saat suara khas Nenek Bapak yang sering kudengar itu seketika berubah hanya menjadi lenguhan dan terbata-bata. Tidak terdengar jelas apa yang diucapkannya, dia seperti menahan sakit yang amat sangat dan pernapasan yang terhambat. Tapi saya tahu dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa membalas teguranku. Saya pun bisa menangkap sedikit apa yang berusaha ingin diucapkannya.

" Halo nak......" saya tahu itu yang pertama kali diucapkannya, tentu saja hanya dengan lenguhan dan terbata-bata, ucapannya yang pertama itulah yang membuatku merasa hancur oleh kesedihan.

Saya pun memintanya untuk tak memaksa bicara, saya hanya berkata pada beliau untuk tetap kuat, bahwa saya selalu mendoakannya dari sini, dan semoga kami masih bisa diberi kesempatan sama Tuhan untuk bisa bertemu lagi.

Beliau hanya bisa membalas dengan kata, "iya...", tetap dengan suara yang terbata-bata.

Tidak sampai semenit saya berbicara dengan beliau, sebelum saya menutup telepon, beliau masih sempat berkata, "baik-baik di sana nak......., da da ......" beliau mengakhiri kata2nya.

Setelah handphone kembali ke ibuku, saya masih sempat berbicara sebentar kemudian menutup panggilan tersebut.

Pagi ini merupakan pagi yang begitu berat untukku, mengingat kondisi Nenek Bapak yang terus menurun, but I have to walk straight ahead...Aku di Bali untuk bekerja, untuk menciptakan masa depanku agar lebih baik. Hanya doa saat ini yang bisa saya berikan untuk Nenek Bapak, semoga Tuhan Yesus berkenan untuk mendengar permohonanku.

Nenek Bapak, cepat sembuh nah.......We love you always..Tuhan Yesus memberkati

1 komentar:

:: nanie :: mengatakan...

Selamat datang di Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri.org, ditunggu perkenalannya di Forum Tudang Sipulung dan jangan lupa pasang banner AM di blog ini. Salam Blogger :)